Rabu, 23 Mei 2012

Kaki Langit

Semalam kamu bertanya tentang kaki langit. Entah bagaimana aku bisa menerangkan bilamana kaki langitku sendiri tak pernah terjamah dalam pikiran bahkan bayangan. Sekian detik jantung berhenti dari kebiasaannya, sekian detik pula aku meluruskan bibir untuk memaksa otak berpikir. Sungguh aku tak tahu seperti apa? Bayangan pun tidak, meski itu sekedar kucuran pencernaan.

Dulu waktu aku masih dewasa berpikir, mungkin akan semudah menemukan pasir di lautan. Namun tidak untuk saat ini yang serasa anak kecil karena perasaanku padamu. Aku bisa mengandaikan bahwa tong sampah itu aku, juga bahkan saat-saat dimana aku bisa menjadi tua dengan menutup biru langit hatimu. Dan disinilah aku bisa duduk.

Duhai perangai yang indah dimataku, jangan bebankan padaku emas berkarat-berkarat beratnya. Karena hanya bisa aku jadikan sebuah lukisan di dinding, tak bisa aku jadikan rumah kecuali hati emasmu.

Depok, 2012.
untuk permaisuri hatiku.