Selasa, 05 Juli 2011

Puisi pada Selasar Rumah

Katakan saja, 
pagi ini tak ada matahari menyapa dengan hangat pelukan, 
tak ada berkas sinar menggores dinding kamar. 
Dan kaca jendela, hanya bingkai kosong tanpa setangkai mawar.

Kuharap angin menari di selasar rumah. 
Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. 
Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. 
Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.

Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. 
Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. 
Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. 
Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.
Puisi ini untukmu,, , ,
Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. 
Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. 
Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.

Sebuah Pernikahan

matanya penuh makna..
menunduk namun tak malu..
merenggut namun tak marah..
tangan gemetar namun tak sakit..
keringat keluar namun tak lelah..
apa gerangan risau hatinya..
merasakan ketenangankah..
kesedihankah..
kekesalankah..
atau sepercik beban..

kulihat kembali ia dalam diam..
kini matanya berbinar..
ketika lelaki disebelahnya mulai membuka bibirnya..
tangannya mengepal erat..
menunduk malu..
berdiam, mencekam, hening..
sekali lagi kutanya, ada apakah gerangan..

aku tahu hatinya bergejolak..
pikiran itu tak karuan..
kebahagiaan yang kini merengkuh jiwanya..
mengajaknya menemukan sebuah cinta yang sebenarnya..
menemukan sebuah keluarga kecil yang dia impi-impikan..
dia tersenyum.. dia mengembangkan bibirnya semakin tertarik keatas..

Kini sebuah tangan mencengkeramnya..
tubuh kekar telah menguatkan langkahnya..
ia tak sendiri kini..
ikatan suci itu menyatukan hatinya..
Ijab Qabul itu mengikat batin, jiwa dan raganya..
antara perbedaan yang berbuah kejutan..
atas segala kehidupan dan cinta penuh ketulusan..

Perasaan Cinta

Cinta akan selalu terbaca
di  lembar-lembar buku harian
yang kau simpan jauh di lubuk hati
yang terdalam
indah terukir pesan
walau tak tersurat
Di matamu

Cinta akan selalu terdengar
nyanyiannya yang syahdu
di gemericiknya rintik hujan
di alunan riak ombak
walau tak terucap
Di hatimu

Cinta akan selalu terasa
sentuhannya yang mesra
di desiran angin
di lembar-lembar hijau daun
di lembah-lembah dusun-dusun
di birunya puncak gunung
yang berselimut kabut lembut
dilambungkan angan-angan
walau kau tak ada
Di sisiku

Di sini, di taman ini
Nun, jauh di ruang dan waktu yang membentang
Kulihat bunga-bunga bergoyang
serempak menari kasmaran
Ikan-ikan di kolam saling berkejaran
bermain dan berkasih-kasihan
Dan nyanyian riang burung-burung
saling bersahutan
Berpagutan di dahan-dahan
penuh kemesraan
Luruh dalam keindahan
Luruh dalam keindahan
Dan aku
tersenyum sendirian
Mencoba membaca tanda-tanda alam
dan memahami tanda-tanda cinta yang kau kemas
dengan manis dalam kebisuan tak terbatas

Sabtu, 02 Juli 2011

Aku yg memandangmu

Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.

Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya

petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepak kepak sayapku.

Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.